Iqra, “Bacalah”, silakan buka surat Al-Alaq dan dilihat artinya.
Luruskan niat yah untuk baca tulisan ini, eits jangan pasang wajah bete atau
kesel ya ketulisan ini nantinya!
Ana mulai sadar kenyataan hari ini di kalangan aktivis dakwah.
Selalu saja ana lihat kejadian-kejadian yang membuat ana tidak enak melihatnya.
Bukannya ana merasa jiwa yang paling baik, tapi setidaknya ana ingin
mereka-mereka aktivis dakwah tidak buruk seperti ana.. OH Tuhan..!!! Di manakah
sejatinya ikhwan dan akhwat saat ini? Pantaskah title itu masih setia
disandang? Berat rasanya jika title itu masih disandang, bila mana keadaan
masih seperti ini. “Ikhwan Wa Akhwat title yang tak bernilai harganya”.
Di kalangan aktivis dakwah ungkapan ikhwan atau akhwat
seringkali di nobatkan sebagai panggilan yang pantas buat pria atau wanita yang
katanya begitu religius “ada di dunia dakwah”. Betul ga tuh ya?
Yuk sejenak kita berfikir pantaskah dengan sebutan itu? “Ikhwan
dan Akhwat”
Sejatinya kita bersyukur atas apa yang Allah berikan kita sampai
hari ini, melihat status diri kita saat ini masih Allah Jaga dalam
Kemurahan dan Kasih sayang-Nya, kita masih bisa “fastabiqul khoirot”,
senantiasa masih bisa mempertampan dan mempercantik diri lewat keadaan ini,
sesuatu hal yang luar biasa saat mana secara fisik insya Allah kita masih bisa terjaga
dengan mampu menutup aurat. Yah sambil berkaca style celana panjang dan kemeja
ala ikhwan. Begitu pun baju panjang dan jilbab panjang ala akhwat, ataupun yang
lainnya.
Hari ini kita perlu tersadar, Adakalanya diri kita terlalu
bangga pada status kita saat ini, ketika orang terdekat kita dengan bangga
menyebut kita Alim, akhirnya yang ada diri kita terlampau terbang dengan
sebutan itu. Yah itulah kita, kita sering bangga ketika kita dipuji orang dan
akhirnya?
Dahulu kian jelas perbedaan seorang ikhwan atau cowok ataupun
akhwat atau cewek, tapi kini sulit untuk kita bedakan. Yah mungkin hal yang
termudah untuk membedakan lihat saja dari tampilan. Bukan demikian? Tapi
rasanya tidak bisa sebatas itu, kini terlampau sama status itu semua. Coba kita
lihat diri kita saat ini. Apakah kita pantas disebut ikhwan dan akhwat sejati?
Yang mana setiap harinya kita sering tak sadar masih jauh dari apa yang Allah
perintahkan, sibuk dengan urusan dunia dan lupa tugas sesungguhnya. “(QS.
Adz-zariat: 56”).
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
“Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Ada yang menjadi fenomena besar saat ini. Ketika semua aktivis
dakwah ikhwan/akhwat sibuk dengan urusan dakwahnya. Begitu luar biasa menyita
waktunya, hingga bahkan melupakan hal yang menjadi fitrahnya. Ketika dakwah
seharusnya selaras dengan apa yang dibawa tapi kini itu semua berlawanan.
Lihat saja saat ini,
Berapa waktu yang dipersiapkan oleh aktivis untuk syura? Rasanya
hampir setiap waktu dipakai syura. Bukan demikian? Tapi, berapa waktu yang kita
gunakan untuk baca Al-Qur’an? Berapa waktu yang kita siapkan untuk shalat
berjamaah? Berapa waktu yang kita siapkan untuk bersama keluarga? Berapa waktu
yang kita gunakan untuk shalat sunah? Berapa waktu yang kita gunakan untuk
menghafal Al-Qur’an? Berapa waktu kita gunakan untuk mengkaji sirah?
Atau berapa banyak aktivis yang terlampau bangga dengan
banyaknya amanah yang diembannya? Bahkan sampai bangganya, melupakan kapasitas
diri yang dimilikinya. Dengan berdalih, merasa tidak enak kalau tidak mengambil
amanah ini atau gak ada lagi orang yang bisa mengemban amanah ini. Dan akhirnya
dakwah di sana-sini terbengkalai.
Atau ada lagi di kalangan aktivis kian bangga menunjukkan
almamaternya, merasa paling baik ketika berbicara dakwah melihat almamater lain
di bawahnya. Akhirnya sibuk mempercantik dirinya dengan sombongnya. Dan bahkan
adanya perdebatan di setiap aktivis yang berbeda, atau ada pula di setiap
aktivis yang lain, merasa dirinya paling baik dan berkompeten dengan entengnya
menghujamkan kata-kata pedas, hinaan ataupun yang lainnya.
Akhirnya, apa bukti nyata kita saat ini terhadap dakwah? Adakah
hasil nyata yang kita perbuat? Yah, mungkin kita sulit untuk menjawab ini. Coba
kita putar sirah perjuangan para sahabat Rasulullah, pasti kita akan merasa
malu apa yang kita lakukan hari ini. Ketika kegigihan para sahabat itu menjadi
saksi nyata akan kebangkitan Islam saat itu.
Hari ini kita terlampau disibukkan dengan hal yang tidak perlu,
seharusnya kita sadar dengan slogan dakwah ini “perbaiki dirimu dan ajaklah
orang lain”, tapi
yang terjadi hari ini adalah bertentangan dengan slogan dakwah ini. Mari
sejenak kita buka surat As-shoff ayat 3,
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
﴿٣﴾
“Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Belum lagi kita saksikan fenomena aktivis yang pacaran, fenomena
aktivis yang sering sms-an, fenomena aktivis yang sering telponan, fenomena
aktivis yang sering chat lewat media sosial, atau fenomena aktivis lawan jenis
yang selalu berdalih dengan Watawa shoubil hal wa tawa shoubil sobr “saling
memberikan perhatian lebih”, atau fenomena ikhwan lebih asyik ketika berbicara
tentang akhwat. “Eh akhwat itu cantik ya,
anggun ya, gimana kalau nanti kalau dia jadi jodoh ye?” Sambil bercanda sesama ikhwan, ataupun
sebaliknya akhwat yang selalu asyik ketika berbicara seorang ikhwan. “Eh ikhwan itu tampan ya,
pinter ya, baik lagi… end banyak lagi”. Dan akhirnya semuanya
kebablasan, dan apalah dikata adakah perbedaan antara ikhwan/akhwat dan
cewek/cowok saat ini?
Ikhwah fillah yang Allah muliakan. Yuk mari kita kembali ke pada
dakwah yang sebenarnya. Jangan sampai jalan dakwah yang mulia ini harus
ternodai begitu saja.
Dan Ana yakin masih banyak ikhwan dan akhwat yang memang ikhwan
dan akhwat sejati. Seperti Antum semua yang membaca tulisan ini. Aamiin
Tulisan ini sekedar mengingatkan khususnya buat Ana pribadi dan
moga bisa bermanfaat untuk yang membaca. Afwan kalau ada kata-kata yang salah
dan tidak pantas dikeluarkan.
Allahualam Bisshawab….