KATA PENGANTAR
Terucap
syukur kepada Allah SWT. atas rahmat, karunia, serta petunjukNya sehingga
penulis diberi kekuatan dan kesabaran dalam menyelesaikan penyusunan karya
tulis ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga
penulisan karya tulis ini bisa membawa berkah dan ridho dari Allah SWT bagi
penulis dalam rentang perjalanan hidup penulis berikutnya, aamiin. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih dengan sedalam-dalamnya
kepada Bapak dan Ibu saya sebagai manusia mulia pertama yang selalu mendukung
dengan mendoakan yang terbaik untuk penulis dan memberikan support financial
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian ini tepat waktu. Serta
kakak-kakakku tercinta, semoga penulis bisa mewujudkan harapan kalian, aamiin.
Selain itu tidak lupa juga penullis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
Bapak
Junaidi Idrus, S.Ag.,M.Hum. yang telah membimbing penulis dalam menyusun
makalah ini.
Dan
teman-temanku; Jegol, Beo, Benjol, Boneng selaku NaraSumber yang telah
memberikan penulis informasi yang sedetail-detailnya.
Semoga
Allah memberikan balasan yang terbaik, atas kebaikan yang diberikan pada
penulis. Kritik dan saran penulis harapkan dari semua pihak demi tercapainya
manfaat karya tulis ini.
Yogyakarta,
Erfan Wahyudi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Penelitian
Pada
saat bersamaan masyarakat hanya bisa menyaksikan kekerasan demi kekerasan
terjadi antara mereka dan seringkali mencaci perbuatan mereka tanpa berusaha
mencari solusi yang bijak akan permasalahan tersebut. Memojokkan mereka dari
sudut pandang negatif yang ada, seolah-olah seperti seorang terdakwa yang telah
mendapat vonis hukum, yang dipastikan sebentar lagi akan masuk penjara. Padahal
sebenarnya tidak bisa dikatakan sepenuhnya bahwa kesalahan itu berasal dari
dalam diri atau faktor internal pelajar itu sendiri.
Masyarakat
yang peduli terhadap lingkungan remaja menjadi sangat penting untuk menciptakan
suasana yang bersahabat dengan mereka. Masyarakat sering tidak peka terhadap
respon yang di timbulkan remaja. Sehingga tidak sedikit remaja mengalami
semacam gejolak jiwa yang berupa agresi guna menunjukkan keberdaan mereka dalam
suatu lingkungan.
Hal
itu menimbulkan gejolak jiwa berupa kepenatan yang berubah menjadi gundukan
stress dan mencari sebuah pelampiasan. Hal tersebut seringkali tersalurkan
dalam perbuatan negatif, berkumpul dengan sekelompok preman dan secara tidak
langsung menjadi bagian dari mereka. Karena didalam kelompok barunya, mereka
mendapat pengakuan sebagaimana yang selama ini tidak di dapatkan dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dari
situlah dimulainya pembelajaran kekerasan dilingkungan baru yang tidak mengenal
aturan, norma, adat dan kesusilaan. Yang berlaku adalah hukum anarkisme,
kriminalisme, premanisme dan rimbaisme yang kesemuanya itu selalu mengedepankan
otot daripada otak.
Itulah
sekilas kenyataan akan adanya jiwa mafia dalam diri seorang pelajar yang
berpotensi menimbulkan kenakalan pelajar yang terutama berupa Tawuran. Sehingga
tidak asing lagi hanya sekedar saling pandang dapat menimbulkan tawuran,
sungguh ironis memang apa yang terjadi di dunia pelajar sekarang ini, yang
sebenarnya dituntut untuk belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya dengan
harapan mereka bisa berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, malah
melakukan tindak kriminal yang anarkis.
2.
Rumusan Masalah
Apa
itu Tawuran ?
Apa
saja faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar SMK-SMA di Kab.
Lombok Timur ?
Apa
saja dampak negatif dari tawuran tersebut terutama bagi pelaku dan masyarakat
sekitar ?
Bagaimana
upaya untuk menanggulangi tawuran tersebut ?
3.
Tujuan Penelitian
Secara
Umum
Penelitian
ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif mengapa tawuran
sering terjadi di kalangan pelajar saat ini. Dan tujuan utama penulisan makalah
penelitian ini untuk memenuhi tugas akhir Pendidikan Agama Islam Semester
Ganjil T.A 2012/2013.
Secara
Khusus
Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang :
Apa
penyebab tawuran antar pelajar di Kab. Lombok Timur, NTB
Apa
dampak negatif dari tawuran tersebut bagi pelaku dan masyarakat
Bagaimana
upaya untuk menanggulangi tawuran tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tawuran
Dalam
kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.
Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang
sedang belajar.
Tawuran
antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh
masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa
tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia
remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya
memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para pelajar remaja yang
sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di
luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar. Tawuran
tersebut telah menjadi kegiatan yang turun-temurun pada sekolah tersebut.
Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat bahwa tawuran sudah membudaya
atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu. Kerugian yang disebabkan oleh
tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan
kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari
para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka
timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya
masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja. Keresahan tersebut
sendiri merupakan kerugian dari tawuran yang bersifat psikis. Keresahan ini
akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya
menjadi agen perubahan bangsa.
Hal
ini telah diturunkan dari suatu angkatan ke angkatan di bawahnya. Permasalahan
tawuran kini telah meluas lingkupnya hingga ke hal-hal yang sudah tergolong
dalam lingkup kriminalitas. Hal ini karena dalam sebuah fenomena sosial pasti
terdapat efek beruntun ataupun efek bersamaan. efek yang ditimbulkan tersebut
diantaranya adalah pemerasan, penodongan, pembajakan angkutan umum hingga ke
tindakan penculikan. Namun sayangnya, tindakan ini masih dianggap sebagai
deviance dalam masyarakat. Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang
diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah
melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditoleransi sebagai masalah gangguan
keamanan dan kenyamanan masyarakat.
B.
Penyebab Tawuran antar SMK-SMA di Kab. Lombok Timur
“Tawuran
sudah jadi tradisi dari dulu”. Ungkap Boneng yang merupakan alumni dari SMA
Negeri 1 Pringgasela. Dari peryataan tersebut semakin menguatkan bahwa tawuran
antar pelajar telah menjadi kegiatan yang sifatnya kultural pada tiap sekolah,
terutama sekolah menengah.
“Tawuran
yang terjadi antara SMK-SMA tersebut dikarenakan ada dendam lama antara kedua
kelompok pelajar tersebut yang diungkit-ungkit kembali oleh salah satu pihak
yang tidak mau mengalah, tawuran itu juga diakibatkan karena salah seorang
siswa SMA yang menabrak lari seorang siswa SMK saat pulang sekolah”. Ungkap Edy
yang merupakan alumni dari SMK Negeri 1 Pringgasela.
Masalah
inilah yang menjadi pemicu terjadinya tawuran antara SMK-SMA di Kecamatan
Pringgasela 7 bulan yang lalu yang berlangsung selama kuang lebih 2 jam lamanya
ditengah perkampungan warga dengan bersenjatakan batu, ketapel, senjata tajam,
dan bambu runcing yang membuat resah warga sekitar. Kedua pihak tidak ada yang
mau mengalah karena kalau mengalah itu akan merusak nama baik mereka, Ungkap
Benjol pelaku tawuran. Disini mereka menganggap kalau mereka mengalah itu akan
merusak nama baik mereka, padahal mereka tidak sadar bahwa tindak kekerasan dan
anarkisme yang mereka lakukan sudah merusak nama baik mereka sendiri dan
tentunya juga merusak nama baik sekolah mereka dimata masyarakat.
Apabila
kita mengkaji masalah tawuran pelajar tersebut lebih mendalam, apa yang
sebenarnya terjadi disana maka kita tidak bisa menyalahkan para pelajar begitu
saja. Pertanyaan yang akan timbul adalah sudahkah masyarakat memperhatikan apa
yang sebenarnya keinginan mereka sehingga mereka mencari
pelampiasan-pelampiasan yang berujung tindakan anarki ? Apa penyebab mendasar
yang menyebabkan mereka menjadi manusia kasar dan tak bernurani ? Mengapa bisa
terjadi demikian ? Siapa yang harus disalahkan ?
Berbagai
pertanyaan itu akan senantiasa timbul dan secara tidak langsung seolah
menyindir masyarakat karena sejatinya masyarakat merupakan bagian dari mereka.
Apabila masyarakat mau sadar sebenarnya sebagai bagian dari lingkungan yang ada
disekitar mereka, seolah memaksa remaja untuk mencari solusi negatif. Hal itu
dikarenakan seringnya masyarakat tidak menghormati dan menghargai mereka bahkan
dengan kata lain sering menyepelekan keberadaan mereka.
Banyak
keluarga yang tidak memperhatikan anaknya, banyak sekolah yang hanya terfokus
terhadap kegiatan belajar mengajar saja tanpa memperhatikan sisi psikologis
anak didiknya. Banyaknya masyarakat acuh tak acuh dengan keberadaan mereka.
Hingga bangsa ini yang memperhatikan dunia remaja. Padahal sebenarnya para
remaja hanya ingin diperhatikan, diakui, dihormati, dan dihargai oleh
lingkungan disekitar mereka. Banyak hal yang perlu diperbaiki guna memperbaiki
keadaan yang ada.
Itulah
sekilas betapa pentingnya masyarakat tahu bagaimana masalah ini perlu untuk
dikaji. Sehingga diharapkan masyarakat dapat meminimalisir segala bentuk
potensi-potensi yang menimbulkan kejadian tersebut, yang terutama sekali adalah
tawuran antar pelajar.
C.
Dampak Negatif Tawuran Bagi Pelaku dan Masyarakat
Kita
tahu bahweasanya dampak tawuran tidak hanya pada pelaku tawuran itu sendiri.
Namun akan berpengaruh juga terhadap lingkungan sekitarnya. Ada beberapa dampak
negatif tawuran, diantaranta:
Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.
Masyarakat
sekitar juga terganggu. Contohnya : Rusaknya kendaraan dan rumah warga yang
terkena lemparan batu.
Terganggunya
proses belajar mengajar.
Terganggunya
ativitas masyarakat.
Menurunnya
moralitas dan kualitas pelajar.
Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, saling menghormati, dan saling
menghargai.
D.
Upaya Menanggulangi Tawuran Pelajar
Ada
beberapa cara untuk menangulangi tawuran pelajar, yaitu:
Dengan
memandang masa remaja merupakan periode topan dan badai, dimana gejala emosi
dan tekanan jiwa kurang stabil, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Maka
pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
Seperti mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan
Ekstrakulikuler, dll.
Lingkungan
keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara :
Mengasuh
anak dengan baik, yaitu dengan
Penuh
kasih sayang
Penanaman
disiplin yang baik
Ajari
membedakan yang baik dan buruk
Mengembangkan
kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
Mengembangkan
harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu
Ciptakan
suasana yang hangat dan bersahabat; Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke
rumah.
Meluangkan
waktu untuk kebebasan; Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak
menunjukkan perilaku agresif, seperti memukul, menghina, dan mencemooh.
Memperkuat
kehidupan beragama; yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan
memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam
kehhidupan sehari-hari.
Melakukan
pembatasan dalam menonton adegan film yang mengandung tindakan kekerasan dan
melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya.
Orang
tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki
keterampilan sosial yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku normatif (biasanya, asosial ataupun
anti-sosial). Bahkan lebih ekstrem bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Sekolah
juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya dengan:
Menyelenggarakan
kurikulum pendidikan yang baik adalah yang bisa mengembangkan secara seimbang
tiga potensi, yaitu berfikir, berestetika dan berkeyakinan kepada tuhan.
Pendirian
suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga,
karena tempat tersebut perlu untuk menyalurkan agresivitas dan kreativitas
remaja.
Sekolah
yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang
terpaduuntuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan penanganan
kasus tawuran. Ada baiknya diadakan pertandingan persahabatan atau acara
kesenian bersama di sekolah-sekolah yang siswanya terlibat tawuran.
LSM
dan Aparat Kepolisian
LSM
disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah
mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi
tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam menanggulangi tawuran
dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan dan melakukan razia terhadap
siswa yang membawa senjata tajam.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisis di atas, dapat kita simpulkan bahwa perilaku menyimpang pelajar
adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang
gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun masa kanak-kanaknya, penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang
yang bukan penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara
memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang.
Tawuran
pelajar dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain; adanya pengaruh
teman sepermainan, kegagalan dalam pendidikan, banyaknya waktu luang yang
disia-siakan, pemberian uang saku yang berlebihan, dan pergaulan sex bebas.
Pelajar yang demikian besar kemungkinan untuk melakukan perilaku menyimpang.
Demikian juga dari adanya disorganisasi sosial dalam keluarga yang dialami oleh
pelajar, maka akan melakukan perilaku menyimpang atau tawuran pada tingkat
tertentu. Sebaliknya bagi keluarga yang harmonis dan utuh, maka kemungkinan
anak-anaknya melakukan perilaku menyimpang dalam persentase yg sangat kecil,
apalagi sampai tawuran.
Berdasarkan
kenyataan diatas, maka untuk memperkecil tingkat perilaku penyimpangan atau
tawuran pelajar, maka perlu kiranya orangtua menjaga dan mempertahankan
keutuhan keluarga dengan mengoptimalkan fungsi sosial keluarga melalui
program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan
lingkungannya, pengenalan agama lebih dini dan mengamalkannya di kehidupan
sehari-hari.
Bisa
dikatakan bahwa kenakalan remaja seperti halnya tawuran pelajar tidak bisa
dikatakan bahwa semua aspek pendorong berasal dari faktor internal mereka saja.
Namun faktor lingkungan dimana mereka berada juga mempunyai andil besar dalam
memicu seorang pelajar mencari pelampiasan-pelampiasan negatif. Seperti faktor
keluarga yang dipenuhi oleh kekerasan orang tua, faktor sekolah yang kurang
memperhatikan potensi anak-anak didiknya. Sampai faktor masyarakat yang
senantiasa menyepelekan keberadaan mereka.
Untuk
menindak lanjuti itu semua sebaiknya masyarakat yang meliputi keluarga,
sekolah, dan masyarakat sadar betapa pentingnya mereka menjaga kesetabilan
remaja dengan memberi ruang yang cukup kepada mereka untuk berekspresi.
Sehingga mereka mendapatkan kenyamanan yang cukup dimana mereka berada.
Pengakuan masyarakat yang selama ini mereka idamkan, sambutan keluarga yang
mereka impikan dan sekolah yang nyaman untuk meningkatkan potensi mereka.
Dengan hal-hal tersebut diharapkan masyarakat bisa membantu menggali
potensi-potensi yang ada guna menciptakan remaja yang kreatif, aktif, produktif
dan berpotensi menjadi generasi penerus yang baik.
SARAN
Menyikapi
berbagai fenomena kenakalan remaja khususnya tawuran pelajar yang telah
disampaikan diatas, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut;
Sejak
sekarang masyarakat harus sadar akan pentingnya peran mereka dalam membentuk
lingkungan yang kondusif
Keluarga
sebagai elemen dasar sebuah bangunan pendidikan agar lebih aktif dalam
memperhatikan anak-anaknya, pentingnya menciptakan demokrasi dalam keluarga
Sekolah
sebagai suatu lembaga pendidik seharusnya memperhatikan potensi-potensi dasar
peserta didik untuk lebih meningkatkan daya kreativitas mereka
Adanya
system penanganan yang lebih tepat apabila ditemukan tawuran pelajar
Memfasilitasi
para pelajar baik dilingkungan rumah atau sekolah untuk melakukan
kegiata-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya dengan membentuk
ikatan remaja masjid atau karang taruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, dan sekolah mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau
ekstra kurikuler di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Q-Anees,
B. Hambali, A. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Reflika
Offset.
Megawangi,
Ratna. (2007). Pendidikan Karakter. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.
Albertus,
Doni Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, ed. Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
LAMPIRAN
Pertanyaan
Apa
penyebab tawuran pelajar yang terjadi antara SMK-SMA di Kecamatan Pringgasela,
Kab. Lombok Timur, NTB. Yang terjadi sekitar 7 bulan yang lalu ?
Bagaimana
pendapat anda tentang tawuran tersebut ?
Apakah
anda terlibat dalam tawuran tersebut ? jika YA berikan alasannya !
Menurut
anda apa dampak negatif tawuran tersebut terhadap pelaku tawuran dan masyarakat
sekitar ?
Bagaimana
cara untuk menanggulangi tawuran tersebut ?
NaraSumber
Ahmad
(18 Tahun)
30
Nopember 2012.
Pelaku
tawuran, alumni SMK Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, jurusan Pendidikan Teknik Mesin.
(
)
Boneng
(18 Tahun)
27
Nopember 2012.
Pelaku
tawuran, alumni SMK Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta, jurusan S1. Teknik Informatika.
(
)
Benjol
(19 Tahun)
30
Nopember 2012.
Pelaku
tawuran, alumni SMK Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di STMIK “AKAKOM”
YOGYAKARTA, jurusan S1. Teknik Informatika.
(
)
Beo
(18 Tahun)
27
Nopember 2012.
Pelaku
tawuran, alumni SMA Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta, jurusan S1. Manajemen.
(
)
Jegol
(18 Tahun)
26
Nopember 2012.
Pelaku
tawuran, alumni SMA Negeri 1 Pringgasela, melanjutkan studi di Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta, jurusan D3. Analis Kimia.
(
)
sipp gan bermanfaat
ReplyDeletemakasih
ReplyDelete"Discuss current cases! Communicate with our forum and share your opinions and analysis on crime news!" Come visit our website here https://wakbulu279.wixsite.com/berita-kriminal-news
ReplyDelete