Thursday, May 1, 2014

MENGKHUSUSKAN PUASA DI BULAN RAJAB

Alhamdulillah Allah Azza Wa Jalla masih memberikan saya kesempatan untuk menulis lagi..  :)
Berhubung sudah masuk bulan Rajab, banyak sekali Sms yg beredar masuk ke Hp saya yg kurang lebih isinya sebagai berikut :

"Bulan Rajab jatuh tanggal 30 April 2014Barang siapa puasa 1 hari maka seperti laksana puasa 1 tahun &Brg siapa Puasa 7 hari maka di tutup pintu2 neraka jahanam &Brg siapa puasa 8 hari maka dibuka pintu 8 Surga &Brg siapa puasa 10 hari akan dikabulkan segala permintaannya &Brg siapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini seakan ibadah 80 tahun.. Subhanallah"

Tentang amalan puasa di bulan Rajab, tidak terdapat hadits yang shahih mengenai keutamaan puasa di bulan tersebut, atau mengkhususkan puasa pada bulan tersebut, atau melakukan puasa tertentu di dalamnya. Sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang mengkhususkan sebagian hari di bulan Rajab untuk berpuasa, karena meyakini adanya keutamaan puasa di bulan rajab dibanding selainnya. Hal ini tidak ada asalnya sama sekali di dalam syari’at.

Hanya saja, terdapat riwayat dari Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam yang menunjukkan disunnahkannya berpuasa di bulan-bulan haram (dan bulan Rajab adalah salah satu diantara bulan-bulan haram). Beliau shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan kemudian jangan puasa sunah lainnya” (HR Abu Daud no. 2428, dan Syaikh Al Albani melemahkannya dalam Dhaif Sunan Abi Daud).

Hadits ini –jika statusnya shahih-menunjukkan disunnahkannya berpuasa di bulan-bulan haram. Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab berdasarkan hadits ini, dan ia juga berpuasa di bulan-bulan haram lainnya, hal itu diperbolehkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaahu berkata di dalam Majmu’ Fataawaa (25/290): “Adapun puasa di bulan Rajab dengan mengkhususkannya, hadits-hadits mengenai hal ini seluruhnya lemah, bahkan palsu. Para ulama tidaklah bersandar pada salah satupun darinya. Dan hadits-hadits tersebut bukanlah hadits lemah yang diriwayatkan dalam keutamaan amal. Namun seluruhnya adalah hadits-hadits palsu lagi dusta. Dalam Musnad dan selainnya terdapat hadits dari Nabi shallallaahu’alaihi wa sallama bahwasanya beliau menganjurkan untuk berpuasa di bulan-bulan haram, yakni bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Anjuran ini untuk puasa di seluruh bulan yang empat tersebut, dan bukan mengkhususkan bulan Rajab semata.” Selesai kutipan perkataan beliau dengan diringkas.

Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Seluruh hadits tentang penyebutan puasa di bulan Rajab dan shalat di sebagian malam-malam bulan tersebut, adalah hadits yang dusta dan dibuat-dibuat.” Selesai kutipan perkataan beliau dari Al Manaarul Muniif hal. 96)

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Tabyiinul ‘Ujb (hal,11) berkata: “Tidak terdapat riwayat mengenai keutamaan bulan Rajab. Tidak juga mengenai puasa di bulan tersebut, begitu juga puasa apapun di dalamnya secara khusus. Juga tidak ada hadits shahih yang dapat dijadikan sebagai hujjah mengenai shalat malam yang dikhususkan di dalamnya.” Selesai kutipan perkataan beliau.

Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullahu berkata dalam Fiqhu As Sunan (1/383): Puasa di bulan Rajab tidak ada padanya keutamaan tambahan melebihi bulan-bulan selainnya. Kecuali karena ia adalah bulan haram. Dan tidaklah ada di dalam sunnah yang shahihah bahwasanya puasa tersebut memiliki keutamaan dengan mengkhususkan pada bulan tersebut. Sesungguhnya apa yang datang dalam perkara-perkara tersebut tidaklah dapat digunakan untuk berhujjah dengannya.” Selesai kutipan perkataan beliau.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin pernah ditanya mengenai puasa pada hari ke 27 Rajab dan mendirikan shslat pada malam harinya, maka beliau menjawab: “Puasa pada hari ke 27 Rajab dan mendirikan shalat pada malam harinya dan mengkhususkan hal-hal tersebut adalah bid’ah. Dan seluruh bid’ah adalah kesesatan”. Selesai kutipan perkataan beliau. (Majmu’ Fataawa Ibnu Utsaimin, 20/440) .

Wallahu'alam bishowab..
Read More..

Tuesday, April 1, 2014

Untukmu Aktivis Dakwah

Iqra, “Bacalah”, silakan buka surat Al-Alaq dan dilihat artinya. Luruskan niat yah untuk baca tulisan ini, eits jangan pasang wajah bete atau kesel ya ketulisan ini nantinya!
Ana mulai sadar kenyataan hari ini di kalangan aktivis dakwah. Selalu saja ana lihat kejadian-kejadian yang membuat ana tidak enak melihatnya. Bukannya ana merasa jiwa yang paling baik, tapi setidaknya ana ingin mereka-mereka aktivis dakwah tidak buruk seperti ana.. OH Tuhan..!!! Di manakah sejatinya ikhwan dan akhwat saat ini? Pantaskah title itu masih setia disandang? Berat rasanya jika title itu masih disandang, bila mana keadaan masih seperti ini.  “Ikhwan Wa Akhwat title yang tak bernilai harganya”.
Di kalangan aktivis dakwah ungkapan ikhwan atau akhwat seringkali di nobatkan sebagai panggilan yang pantas buat pria atau wanita yang katanya begitu religius “ada di dunia dakwah”. Betul ga tuh ya?
Yuk sejenak kita berfikir pantaskah dengan sebutan itu? “Ikhwan dan Akhwat”
Sejatinya kita bersyukur atas apa yang Allah berikan kita sampai hari ini, melihat status diri kita saat ini masih Allah Jaga  dalam Kemurahan dan Kasih sayang-Nya, kita masih bisa “fastabiqul khoirot”, senantiasa masih bisa mempertampan dan mempercantik diri lewat keadaan ini, sesuatu hal yang luar biasa saat mana secara fisik insya Allah kita masih bisa terjaga dengan mampu menutup aurat. Yah sambil berkaca style celana panjang dan kemeja ala ikhwan. Begitu pun baju panjang dan jilbab panjang ala akhwat, ataupun yang lainnya.
Hari ini kita perlu tersadar, Adakalanya diri kita terlalu bangga pada status kita saat ini, ketika orang terdekat kita dengan bangga menyebut kita Alim, akhirnya yang ada diri kita terlampau terbang dengan sebutan itu. Yah itulah kita, kita sering bangga ketika kita dipuji orang dan akhirnya?
Dahulu kian jelas perbedaan seorang ikhwan atau cowok ataupun akhwat atau cewek, tapi kini sulit untuk kita bedakan. Yah mungkin hal yang termudah untuk membedakan lihat saja dari tampilan. Bukan demikian? Tapi rasanya tidak bisa sebatas itu, kini terlampau sama status itu semua. Coba kita lihat diri kita saat ini. Apakah kita pantas disebut ikhwan dan akhwat sejati? Yang mana setiap harinya kita sering tak sadar masih jauh dari apa yang Allah perintahkan, sibuk dengan urusan dunia dan lupa tugas sesungguhnya. “(QS. Adz-zariat: 56”).
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Ada yang menjadi fenomena besar saat ini. Ketika semua aktivis dakwah ikhwan/akhwat sibuk dengan urusan dakwahnya. Begitu luar biasa menyita waktunya, hingga bahkan melupakan hal yang menjadi fitrahnya. Ketika dakwah seharusnya selaras dengan apa yang dibawa tapi kini itu semua berlawanan.
Lihat saja saat ini,
Berapa waktu yang dipersiapkan oleh aktivis untuk syura? Rasanya hampir setiap waktu dipakai syura. Bukan demikian? Tapi, berapa waktu yang kita gunakan untuk baca Al-Qur’an? Berapa waktu yang kita siapkan untuk shalat berjamaah? Berapa waktu yang kita siapkan untuk bersama keluarga? Berapa waktu yang kita gunakan untuk shalat sunah? Berapa waktu yang kita gunakan untuk menghafal Al-Qur’an? Berapa waktu kita gunakan untuk mengkaji sirah?
Atau berapa banyak aktivis yang terlampau bangga dengan banyaknya amanah yang diembannya? Bahkan sampai bangganya, melupakan kapasitas diri yang dimilikinya. Dengan berdalih, merasa tidak enak kalau tidak mengambil amanah ini atau gak ada lagi orang yang bisa mengemban amanah ini. Dan akhirnya dakwah di sana-sini terbengkalai.
Atau ada lagi di kalangan aktivis kian bangga menunjukkan almamaternya, merasa paling baik ketika berbicara dakwah melihat almamater lain di bawahnya. Akhirnya sibuk mempercantik dirinya dengan sombongnya. Dan bahkan adanya perdebatan di setiap aktivis yang berbeda, atau ada pula di setiap aktivis yang lain, merasa dirinya paling baik dan berkompeten dengan entengnya menghujamkan kata-kata pedas, hinaan ataupun yang lainnya.
Akhirnya, apa bukti nyata kita saat ini terhadap dakwah? Adakah hasil nyata yang kita perbuat? Yah, mungkin kita sulit untuk menjawab ini. Coba kita putar sirah perjuangan para sahabat Rasulullah, pasti kita akan merasa malu apa yang kita lakukan hari ini. Ketika kegigihan para sahabat itu menjadi saksi nyata akan kebangkitan Islam saat itu.
Hari ini kita terlampau disibukkan dengan hal yang tidak perlu, seharusnya kita sadar dengan slogan dakwah ini “perbaiki dirimu dan ajaklah orang lain”, tapi yang terjadi hari ini adalah bertentangan dengan slogan dakwah ini. Mari sejenak kita buka surat As-shoff ayat 3,
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Belum lagi kita saksikan fenomena aktivis yang pacaran, fenomena aktivis yang sering sms-an, fenomena aktivis yang sering telponan, fenomena aktivis yang sering chat lewat media sosial, atau fenomena aktivis lawan jenis yang selalu berdalih dengan Watawa shoubil hal wa tawa shoubil sobr “saling memberikan perhatian lebih”, atau fenomena ikhwan lebih asyik ketika berbicara tentang akhwat. “Eh akhwat itu cantik ya, anggun ya, gimana kalau nanti kalau dia jadi jodoh ye?” Sambil bercanda sesama ikhwan, ataupun sebaliknya akhwat yang selalu asyik ketika berbicara seorang ikhwan. “Eh ikhwan itu tampan ya, pinter ya, baik lagi… end banyak lagi”. Dan akhirnya semuanya kebablasan, dan apalah dikata adakah perbedaan antara ikhwan/akhwat dan cewek/cowok saat ini?
Ikhwah fillah yang Allah muliakan. Yuk mari kita kembali ke pada dakwah yang sebenarnya. Jangan sampai jalan dakwah yang mulia ini harus ternodai begitu saja.
Dan Ana yakin masih banyak ikhwan dan akhwat yang memang ikhwan dan akhwat sejati. Seperti Antum semua yang membaca tulisan ini. Aamiin
Tulisan ini sekedar mengingatkan khususnya buat Ana pribadi dan moga bisa bermanfaat untuk yang membaca. Afwan kalau ada kata-kata yang salah dan tidak pantas dikeluarkan.
Allahualam Bisshawab….


Read More..

Tuesday, February 25, 2014

Untuk Para SahabatKu Pejuang Tauhid

Bismillaah..
Putaran waktu membawa kita pada perpisahan.
Entah kapan waktu akan membawa kita kembali, bersama.
Disini, diruangan ini, memori kenangan mulai bermain, berusaha memecah keheningan, kepenatan atas kesendirian.
Bukankah beberapa waktu lalu kita masih bersama?
Bersama melangkahkan kaki menuju mereka, yang membuat lingkaran cinta itu.
Bersama melangkahkan kaki atas tugas-tugas yang tak mudah.
Bersama melangkahkan kaki menuju rumahNYA..
Bersama kita bentuk shaf untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba.
Aku rindu aktifitas itu.
Aku rindu nasihat-nasihat itu.
Aku rindu ghiroh itu.
Bersama kalian.

Ada yang berbisik padaku, "bukankah ALLAH tlah mengantarkan pengganti untukmu?"
Benar. Tapi apa yang telah datang dan tlah pergi takkan pernah sama.
Mereka slalu menoreh kisah baru, dengan skenario yang berbeda, yang tentunya tlah ALLAH rangkai indah di Lauhul MahfudzNYA.

Masih sangat jelas 2 tahun yang lalu, aku bukan siapa-siapa.
Kejahiliyyahan masih melekat pada diriku.
Itu yang kubawa saat aku pertama kali bertemu kalian, di pulau ini.
Pertemuan yang membuat hidupku berubah.
Kau tau? Pertemuan itu mengundang sejuta kegelisahan di hati.
Hingga slalu terjadi perdebatan antara aku dan hatiku.
Hingga ku putuskan untuk memilih jalan ini, dan akan slalu tetap pada lingkaran cinta yang pernah kalian kenalkan padaku (InsyaAllah)

Rasa syukur yang takkan pernah habisku ucapkan padaNYA.
Karena mengizinkanku berada diantara barisan ini.
Tak jarang rasa takutpun slalu menghantui.
Masih pantaskah aku?
Apakah aku akan slalu istiqomah?
Atau justru kembali menuju masa lalu?
Tidak.
Aku tidak ingin menjadi orang yang merugi, hingga aku slalu membutuhkan barisan ini.
Karena ku tahu, barisan ini tak pernah membutuhkanku.

Ku ucapkan Jazakallah khairon katsir pada mereka yang tlah bersabar, membina dan meluangkan waktu untukku.
Sampai bertemu di masa depan yang In Shaa ALLAH akan lebih baik dri hari ini..
Untuk kalian yang saat ini berada di belahan bumi ALLAH Yogyakarta.
Semoga ALLAH ridloi kalian dan mendapat ilmu yang bermanfaat.
Begitu pula dengan aku.
Tak akan ada yang berubah dari perasaan ini.
Akan slalu merindukan dan slalu mencinta kalian karenaNYA (InsyaAllah)..


 Jazakallah khairon katsir Al-Ustadz Abu Fikri, Al-Ustadz Abu  Yusuf (yg sedang berjihad di suriah), Ustad Abdul Hanif Maliki, dan sahabatku Wahyu Irawan (sahabat terbaik), Dyna Zafira Fitriana, Yulia Huswariah,  Hanif Hidayatullah (org timur paling baik yg pernah saya temui :v ), Doni Amrullah, Hanum Quranhy, dan semua sahabat pejuang tauhid...


Read More..

Wednesday, February 12, 2014

Dakwah Lewat Facebook adalah Bid'ah ??

Bismillah.. tulisan ini terinspirasi dari sebuah pesan masuk di Facebook saya hanya karena saya berusaha menyampaikan suatu kebenaran dan berusaha menghidupkan Sunnah Rasulullah dan mematikan Bid’ah..
Semoga bermanfat..
 
"Jangan dakwah pakai FB, itu kan bid'ah, gak ada dijaman Nabi.. Ntar masuk neraka lho.."


Pernah dengar celetukan seperti itu..?? Hhhmm... Kalo dakwah di facebook bid'ah, berarti dakwah dimedia lain bid'ah juga dong..?? Kan juga gak ada dijaman Nabi.. Kasian para ustadz yang pada dakwah di TV, radio, majalah, buletin, dan media lainnya... Masuk neraka semua dong..??
Begitulah model pemikiran mereka yang berusaha melegalkan bid'ah (hasanah), ahirnya apa saja yang sebenernya bukan bid'ah maka ia bid'ahkan.. Yang entah sebenrnya ia tahu tapi pura2 tidak tahu, atau mmg bener2 gak tahu.. Hingga ahirnya memahami agama hanya berpijak pada akal akalan, rasa rasa, serta ikut2an teman2nya..
Saudaraku... Facebook, internet, email, TV, radio, dlsb.. sejatinya hanyalah sarana atau alat komunikasi saja.. Sebagaimana jaman dulu ada surat menyurat.. Cuman jaman sekarang sudah lebih canggih, tapi prinsipnya tetep sama, yakni sama2 alat komunikasi..
Intinya : Kita menyampaikan suatu berita, entah itu dakwah atau apapun tidak secara langsung face to face, tapi lewat alat komunikasi tsb.. Apakah itu bid'ah..??
Bukankah Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga pernah berdakwah tidak secara langsung face to face sama orang yang didakwahi.. Beliau pernah lho berdakwah menggunakan media alat komunikasi.. Gak percaya..??
Silahkan buka shahih Bukhari.. Diriwayatkan secara panjang dalam hadits shahih bahwa Rasulullah pernah mengirim surat pada raja Heraklius agar masuk masuk Islam.. Bukankah hal tsb juga merupakan dakwah..?? Dan bukankah surat menyurat adalah alat komunikasi..?? Dari sini saja sebenernya sudah termentahkan tudingan mereka yang membid'ahkan dakwah di facebook..
Memang betul.. Berdakwah merupakan ibadah, namun sarana yang dipakai untuk berdakwah bukanlah bid’ah menurut istilah agama.. Seperti penggunaan microphone untuk pengeras suara, facebook, email sebagai pengganti surat-menyurat, video ceramah dlsb..
Dalam masalah dunia, apapun itu (dalam kasus ini mengenai teknologi), hukum asalnya adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang melarang atau mengharamkannya..
Adapun bid’ah dalam agama, ucapan itu telah disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alahi was salam, dimana dalam hadits beliau bersabda, potongan haditsnya adalah : "setiap bidah itu adalah sesat". Begitu juga yang dipahami oleh para sahabat dan ulama-ulama lain yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dengan baik..
Maka.. Semua hal dalam perkara dunia.. Semisal Motor atau Mobil buat ke masjid, Pesawat terbang buat naik haji, Hand Phone, TV, radio, Komputer dan FB buat dakwah, kertas buat nulis Qur’an dan hadits, Sekolah, Madrasah, pesantern, dll buat belajar agama, microphone di masjid buat khutbah dll.. Semua itu adalah sarana / washillah untuk ibadah, BUKAN IBADAHNYA ITU SENDIRI.. Itulah yang disebut dengan Mashlahatul Marsalah..

Sebab untuk urusan dunia, yang menyangkut ilmu pengetahuan, teknologi, alat komunikasi, transportasi, dan semua yang berkenaan dengan peradaban manusia.. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam peristiwa penyilangan serbuk sari kurma yang sangat masyhur :

"Kamu lebih mengetahui tentang berbagai urusan duniamu" [Hadits ini terdapat dalam Shahih Muslim (1366)]

Jadi.. Benda-benda yang disebutkan diatas itu adalah urusan dunia yang merupakan hasil kemajuan peradaban manusia secara umum dan pengembangan teknologi seiring dengan berjalannya waktu, yang mana orang kafir juga menggunakannya, dan tidak ada kaitannya dengan agama secara langsung..
Sesuatu yang berhubungan dengan masalah duniawi, itu bukanlah bid’ah yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi.. Silahkan mau buat mikrofon masjid, pesawat buat pergi haji, software dll..
Akan tetapi.. Yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallaam larang di sini adalah segala macam perkara baru dalam bentuk amalan / keyakinan agama dan syari’at, entah itu amalan-amalan (Fi’liyah) maupun Ucapan (Qouliyah) baik mengurangi atau menambahkan..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan dalam urusan agama yang bukan datang dari kami (Allah dan Rasul-Nya), maka tertolaklah amalnya itu" (SHAHIH, riwayat Muslim Juz 5,133)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Dan jauhilah olehmu hal-hal (ciptaan) yang baru (dalam agama). Maka sesungguhnya setiap hal (ciptaan) baru (dalam agama) itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”(HR Abu daud dan At-Tirmidzi, dia berkata Hadits hasan shahih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, patuh dan taat walaupun dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah pada Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan) kepada hal-hal yang baru itu adalah kebid’ahan dan setiap kebid’ahan adalah kesesatan”. [SHAHIH. HR.Abu Dawud (4608), At-Tirmidziy (2676) dan Ibnu Majah (44,43),Al-Hakim (1/97)]

Dari sini.. Maka telah jelaslah sudah : Bahwa berdakwah lewat media alat komunikasi bukan bid'ah..

Masih ngotot membid'ahkan dakwah di facebook..??
Semoga Allah memberi kita kemudahan untuk memahaminya, dan semoga Allah membuka mata dan hati kita agar bisa menerima yang haq.. 
Read More..