Dewasa ini, kita sering mendapatkan saudara-saudara kita –
semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka – yang tidak berbangga dengan
agamanya (yaitu tidak merasa gagah karena keutamaan dan keunggulan Islam).
Sehingga sebagian pelajar muslim, misalnya, mungkin masih merasa minder ketika
memakai celana di atas mata kaki (tidak isbal) di sekolahan mereka. Sebagian
pemuda muslim minder dengan hari raya Islam, sehingga menambahkan hari raya-hari
raya lainnya dalam Islam. Bahkan, ada diantara mereka yang ikut memperingati
hari raya agama lain, Na’uudzubillahi min dzaalik.
Padahal, apabila kita melihat keutamaan Islam, tentu kita
akan merasa bangga dengannya. Pada bahasan kali ini, penulis mengangkat tema “Bangga
menjadi Muslim”, supaya menambah rasa syukur kita kepada Allah Ta’ala atas
nikmat Islam ini, tetap istiqomah di atas jalan-Nya, dan meninggalkan
jalan-jalan selainnya.
Diantara Keutamaan-keutamaan Islam
Imam Bukhari dan Muslim membawakan hadits dari Thaariq bin
Syihaab, dia berkata bahwasanya seorang yahudi berkata kepada ‘Umar bin Khattab
(yang saat itu menjadi khalifah) radhiyallahu ‘anhu, “Wahai amirul
mukminin, sebuah ayat dalam al-Quran yang kalian membacanya, seandainya ayat
tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya
sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?,” tanya ‘Umar. Ia
berkata, “(Ayat yang artinya): “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian
agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian” (QS. Al-Maidah: 3) ‘Umar berkata,
“Kami telah mengetahui hal itu, yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut
diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah
pada hari Jum’at. ” (Muttafaqun ‘alaih)
Demikianlah, seorang Yahudi mengetahui keutamaan Islam,
dimana keutamaan Islam bisa dilihat (melalui ayat QS. Al-Maidah: 3 tersebut)
dari beberapa tinjauan, diantaranya:
Ditinjau dari hakikat islam itu sendiri
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan
tentang tafsir ayat ini, “Allah telah mengabarkan kepada nabi-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, bahwasanya Dia telah menyempurnakan islam bagi
mereka, sehingga mereka tidak akan membutuhkan tambahan selamanya. Dan Allah
telah melengkapkannya, sehingga Dia tidak akan menguranginya selamanya. Dan
Allah telah meridhainya, maka Dia tidak akan marah kepadanya selamanya.” (Tafsir
Ibnu Katsir: 14/2)
Ditinjau dari pemeluknya
Hal ini diambil dari firman Allah (artinya), “Dan Aku telah
meridhai bagi kalian Islam sebagai agama” yang umum mencakup seluruh manusia.
Oleh karena itu, Allah tidak menerima agama apapun — setelah diutusnya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam — kecuali Islam. Hal ini
merupakan keutamaan bagi seluruh pemeluknya.
Ditinjau dari kekekalan / keabadiannya
Agama-agama sebelum islam dikhususkan bagi waktu tertentu
(terbatas) dan zaman yang telah Allah tentukan; kemudian Allah mengangkat
hukumnya (naskh), dan menggantikannya dengan agama Islam. Sementara itu, agama
islam kekal sampai hari kiamat. Bahkan, Nabi Isa ‘alaihissalam ketika turun
pada akhir zaman, dia akan berhukum dengan syariat Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam. (lihat I’laamul Anaam bi Syarhi Kitaab Fadhlil Islaam,
hal. 22 — 24).
Demikianlah agama kita tercinta ini. Sangat banyak dan jelas
keutamaan-keutamaan yang terdapat di dalamnya, sehingga orang di luar Islampun
juga mengakui keutamaan-keutamaannya.
Keutamaan islam ditinjau dari perbandingannya dengan
agama-agama selainnya
Masih tentang keutamaan islam, untuk melengkapi bahasan
tentang keutamaan Islam, penulis merasa perlu menambahkan bahasan khusus
tentang keutamaan islam ditinjau dari perbandingannya dengan agama-agama
selainnya. Keutamaan tersebut juga sangat banyak, diantaranya :
1. Islam untuk semua umat manusia
Islam merupakan agama yang Allah syariatkan untuk seluruh umat manusia. Hal tersebut berbeda dengan agama-agama samawi lainnya yang disyariatkan khusus untuk umat tertentu, misalkan Nashrani (baca : syariat Nabi Isa ‘alaihissalam) yang khusus diperuntukkan kepada Bani Israil saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumku … nabi sebelumku diutus hanya untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk manusia seluruhnya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman ketika mensifati Nabi Isa ‘alaihissalam (yang artinya), “Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil” (QS. Ali Imran : 49).
Islam merupakan agama yang Allah syariatkan untuk seluruh umat manusia. Hal tersebut berbeda dengan agama-agama samawi lainnya yang disyariatkan khusus untuk umat tertentu, misalkan Nashrani (baca : syariat Nabi Isa ‘alaihissalam) yang khusus diperuntukkan kepada Bani Israil saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumku … nabi sebelumku diutus hanya untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk manusia seluruhnya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman ketika mensifati Nabi Isa ‘alaihissalam (yang artinya), “Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil” (QS. Ali Imran : 49).
2. Tanda kenabian yang kekal hingga akhir zaman
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr (al-Quran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr: 9).
Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan bahwa Dia yang akan menjaga al-Quran. Sementara untuk selain al-Quran, Dia berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS. Al-Maidah: 44)
Maka dalam ayat ini, Allah menyerahkan penjagaan kitab tersebut kepada mereka, kemudian mereka mengganti dan merubahnya. (lihat Tafsir al-Qurthubi : 5/10)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr (al-Quran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr: 9).
Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan bahwa Dia yang akan menjaga al-Quran. Sementara untuk selain al-Quran, Dia berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS. Al-Maidah: 44)
Maka dalam ayat ini, Allah menyerahkan penjagaan kitab tersebut kepada mereka, kemudian mereka mengganti dan merubahnya. (lihat Tafsir al-Qurthubi : 5/10)
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah
menunjukkan kita kepada Islam, satu-satunya agama yang benar, dan memiliki
banyak keutamaan.
Beberapa contoh aplikasi nyata dari bangga sebagai muslim
Bangga dengan hari raya islam
Diantara praktek nyata dari kebanggaan sebagai seorang
muslim, adalah bangga dengan hari raya yang telah Allah pilihkan
untuknya. Anas Radhiallahu ‘anhu berkata : “Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam datang ke Madinah sedang penduduknya memiliki dua hari
raya dimana mereka bersenang-senang di dalamnya di masa jahiliyah. Maka beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku datang pada kalian sedang kalian memiliki
dua hari yang kalian besenang-senang di dalamnya pada masa jahiliyah. Sungguh
Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari dua hari itu, yaitu
hari Raya Kurban dan hari Idul Fithri”. (Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad
dan selainnya).
Berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna rahimahullah:
“Maksudnya : Karena hari Idul Fihtri dan hari raya Kurban ditetapkan dengan
syariat AllahTa’ala, merupakan pilihan Allah untuk mahluk-Nya dan karena
keduanya mengikuti pelaksanaan dua rukun Islam yang agung yaitu Haji dan Puasa,
serta didalamnya Allah mengampuni orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan
orang-orang yang berpuasa, dan Dia menebarkan rahmat-Nya kepada seluruh
mahluk-Nya yang taat …. ” [Fathur Rabbani, 6/119] (Lihat Ahkaamul ‘Iidain
fis Sunnahil Muthohharoh, hal 13 — 16)
Oleh karena itu, cukup bagi kita hari raya yang telah Allah
pilihkan untuk kita, dan meninggalkan hari raya-hari raya selainnya, seperti
tahun baru, dan selainnya.
Bangga dengan celana tidak isbal (khusus laki-laki)
Sebagian pelajar muslim mungkin masih merasa minder ketika
memakai celana yang tidak isbal (yaitu celana di atas mata kaki) di sekolahan
mereka. Sebagian mahasiswa muslim mungin juga minder ketika memakai celana
seperti itu di kampus mereka. Demikian juga, sebagian karyawan muslim mungin
juga minder ketika memakai celana seperti itu di kantor mereka.
Wahai saudaraku sekalian, ketahuilah bahwasanya memakai
celana di atas mata kaki merupakan perkara yang disyariatkan dalam agama kita
yang mulia ini. Oleh karena itu, berbanggalah kalian dengan model celana
seperti itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah
kalian mencela orang lain. Janganlah kalian meremehkan kebaikan sedikitpun,
walaupun itu hanya dengan bermuka ceria saat bicara dengan saudaramu. Itu saja
sudah termasuk kebaikan. Dan naikan kain sarungmu sampai pertengahan betis.
Kalau engkau enggan, maka sampai mata kaki. Jauhilah isbal dalam memakai kain
sarung. Karena isbal itu adalah kesombongan. Dan Allah tidak menyukai
kesombongan” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi
Daud)
Hadits-hadits yang melarang isbal sangat banyak, sehingga
mencapai batas hadits mutawatir maknawi, diantaranya adalah hadits di
atas. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih luas tentang masalah ini,
silahkan merujuk ke kitab Hadduts Tsaub wal Uzroh wa Tahriimul Isbaal wa Libaasusy
Syuhroh karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah.
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua istiqomah untuk senantiasa berada di jalan-Nya..
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua istiqomah untuk senantiasa berada di jalan-Nya..