Nama : Erfan Wahyudi
NIM : 12.11.6123
Kelas : 12_S1 TI_06
AGAMA
DITENGAH MODERNITAS
Pembaruan
Pemikiran Islam, Istilah “Pembaruan” berasal dari kata “baru”, artinya “sesuatu
yang belum pernah ada, tidak pernah dilihat, tidak pernah diketahui atau didengar
sebelumnya. Maka “Pembaruan” mengandung makna “memperbaiki supaya baru, atau
mengganti dengan yang baru”.
Gagasan pembaruan pemikiran dengan sendirinya
mengisyaratkan bahwa pembaruan yang dilakukan adalah terhadap pemikiran atau
penafsiran para ulama terdahulu mengenai ayat Al-Qur`an dan hadist, bukan
pembaruan terhadap Al-Qur`an dan Hadist itu sendiri.
Ada 4 hal yang dibutuhkan dari gagasan pembaruan
pemikiran islam dalam rangka pembangunan berwawasan pengembangan SDM :
1.
Perlunya pemahaman islam secara lebih
intelektual dan rasional
2.
Pemahaman yg lebih modern terhadap islam
itu sendiri yang tidak sekedar elektisisme (tambal sulam)
3.
Agar setiap gagasan pembaruan pemikiran
itu tetap menjadikan Al-Qur`an dan Hadist sebagai darah, nafas, dan jantungnya
4.
Hendaknya penggarapan pembaruan itu
tidak hanya bergerak dalam level pemikiran saja, tetapi ada juga semacam
pembagian tugas
Relevansinya
Bagi Pembangunan di Indonesia, dalam kaitannya dengan pembaruan pemikiran keislaman,
yang dapat diberikan terhadap pembangunan bangsa adalah :
1.
Pentingnya pemahaman agama yang lebih
rasional
2.
Pembaruan pemikiran islam menawarkan
kesadaran pluralistik (keragaman pendapat, pemahaman, etnik, dan agama) secara
tulus
3.
Pembaruan pemikiran islam menekankan
dengan kuat sekali dinamika manusia, tidak menyerah pada nasib (takdir)
melainkan manusaia mempunyai peran besar dalam kehidupannya
4.
Pembaruan pemikiran islam menekankan
dengan kuat penguasaan ilmu dan tekhnologi, bahkan menganjurkan pengadopsian
secara selektif atau peminjaman prestasi keilmuan dari berbagai bangsa di dunia
tanpa dibatasi oleh negara, agama, dan etnis.
5.
“Perampingan taqlid”, pemahaman
rasional, dan kesadaran pluralistik adalah upaya untuk meraih kemajuan bersama
Al-Qur`an dan Hadist
Islam
dan Fundamentalisme. Dewasa ini, istilah fundamentalisme telah mengalami
kesimpangsiuran makna dan bahkan cenderung menjadi istilah yang bias (berat
sebelah) dan pejoratif (merendahkan) bahkan seringkali digunakan dengan
konotasi negatif. Hal ini disebabkan selain karna ia muncul dalam dunia Kristen
yang kemudian digunakan pada gejala yang sama pada semua agama, juga karena
latar belakang munculnya fundamentalisme itu sendiri.
Intelektual
Rabbani Indonesia. Islam secara konsisten menempatkan kaum intelektual pada
posisi yang sangat strategis dan menentukan dalam pembangunan sebuah masyarakat
dan peradaban.
Ada 4 landasan berfikir yang senantiasa
dan semestinya digunakan intelektual Rabbani:
1.
Sikap ilmiah dan Objektif 3. Sikap Khilafah
2.
Sikap Tauhid 4. Sikap tanggungjawab moral
Kemudian ada 3 Landasan
aksi yang dimiliki oleh seorang intelektual :
1.
Kebebasan menetapkan keputusan demi masa
depannya yang lebih baik
2.
Kebebasan berfikir
3.
Menegakkan zikir
Deliar
Noer merumuskan intelektual rabbani atau cendekiawan muslim dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1.
Mandiri 5.
Tidak ikut arus
2.
Kritis 6.
Tidak hidup Terisolasi
3.
Mempunyai pendirian yg teguh 7. Menghargai pendapat orang lain
4.
Peduli terhadap masyarakat 8.
Tidak tergiur oleh berbagai godaan dunia
Agar
Peran Intelektual rabbani tetap terjaga kontiniutasnya, maka dari mereka ini
sangat dibutuhkan kemampuan mengembangkan sikap sebagai berikut:
1.
Kesadaran dan Kemampuan yang tinggi
2.
Adanya persiapan dan bekal
intelektualitas yang memadai
3.
Kemampuan menjunjung tinggi kesatuan dan
persatuan
4.
Sikap responsif terhadap berbagi
persoalan bangsanya
5.
Dapat berfikir jernih dan objektif
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan,,
Jika menurut Sahabat Blogger Artikel ini bermanfaat silahkan di COPAST (Copy Paste) tanpa mencantumkan sumber..
#Kalau ingin dicantumkan, Alhamdulillah.. :) ^_^
Ilmu itu milik ALLAH, Siapapun berhak mempelajarinya.. :)
Terimakasih Telah Berkunjung.. :)